Menikah adalah momen dambaan setiap pasangan. Menjelang hari H, muncul beragam rasa. Bahagia sekaligus was-was. Senang sekaligus bimbang. Optimis, tapi juga pesimis. Akankah pernikahan berlangsung lancar? Akankah rumahtangga yang dibangun sesuai harapan? Untuk mengurangi resah, berikut persiapan menjelang akad nikah:
Seberapa siapkah membangun rumahtangga? Sudahkah ada kemantapan hati, baik terhadap calon, keluarga besarnya, maupun rancangan rumahtangga yang diidamkan? Sudah yakinkah dengan keputusan untuk menikah? Sebab, menikah bukan hanya tentang mengubah status dari jomblo jadi berpasangan. Bukan sekadar gengsi karena berhasil melepas masa lajang. Tapi tentang bagaimana menjalani episode baru kehidupan, berupa institusi pernikahan. Pikirkan masak-masak, istikharah dan salat hajat untuk mendapatkan kemantapan. Jangan sampai ada kata sesal kemudian.
Tubuh harus dalam kondisi prima. Perbanyak istirahat dan olahraga. Jangan memforsir diri dengan kecemasan, atau sibuk mempersiapkan pernak-pernik pernikahan hingga kelelahan. Kalau perlu cek kesehatan, apakah diri dan pasangan masing-masing dalam kondisi prima, subur, atau punya potensi penyakit berat. Hal ini untuk antisipasi dari kondisi terburuk dalam pernikahan.
Bicarakan berdua dengan saling terbuka, apa visi dan misi dalam berumahtangga. Sebab menikah bukan sekadar menghalalkan yang sebelumnya haram. Justru, menikah adalah pintu masuk untuk dakwah terhadap pasangan dan saling menyempurnakan aktivitas ibadah. Rumuskan visi keluarga dan apa saja misinya, sesuai karakter pribadi masing-masing pasangan. Buat kesepakatan bersama, seperti apa potret keluarga yang diidamkan. Kalau perlu ditulis sebagai modal dasar arah rumahtangga ke depan.
Pastikan menikah pada saat yang tepat. Artinya, ketika diri benar-benar siap. Bukan buru-buru mengadakan resepsi karena terpanasi oleh teman-teman seangkatan yang rata-rata sudah menikah. Bukan pula mengulur-ulur waktu, menunggu hari terlalu lama antara khitbah dan akad sah.
Siapkan tabungan untuk acara di hari H, sekaligus siapkan nafkah panjang pascapernikahan. Untuk itu, bagi laki-laki, persiapkan sumber penghasilan yang konsisten untuk menghidupi pasangan. Bagi calon mempelai wanita, belajarlah mengatur keuangan. Kelak, saling memotivasi pasangan agar tetap ridho menghadapi problem keuangan dalam pernikahan. Sebab problem ini adalah titik paling kritis dalam pernikahan.
Siapkan persyaratan administrasi yang dibutuhkan menjelang pernikahan. Seperti KTP, Kartu Keluarga dan pasfoto yang dibutuhkan. Periksa dengan seksama. Jangan ada kekeliruan, atau bahkan penipuan status, misalnya. Siapkan semua persyaratan untuk proses ini, supaya tidak dadakan saat pendaftaran pernikahan ke KUA.
Persiapkan acara pernikahan sebelum hari H. Tentunya jangan menyiapkan sendiri atau berdua pasangan, bisa-bisa akan menguras pikiran dan tenaga. Libatkan sahabat, kerabat dan keluarga besar. Persiapan ini meliputi kesepakatan tentang konsep walimahan, besaran anggaran, kepanitiaan dan detail lainnya.(*)
Oleh : Kholda Najiyah
Views: 34